Ekonomi AS Tunjukkan Sinyal Campuran di Tengah Ketidakpastian Tarif
Berita Ekonomi

Ekonomi AS Tunjukkan Sinyal Campuran di Tengah Ketidakpastian Tarif

beacukaipematangsiantar.com – Data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan arah yang belum jelas. Di tengah kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump, beberapa indikator utama seperti konsumsi dan lapangan kerja justru melemah. Namun di sisi lain, investasi bisnis masih menunjukkan optimisme.

PDB Mengalami Kontraksi di Kuartal Pertama

Departemen Perdagangan AS merilis angka terbaru Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun sebesar -0,5% dari Januari hingga Maret. Angka ini memburuk dari estimasi sebelumnya yang hanya mencatat -0,2%.

Revisi ini mempertegas bahwa aktivitas ekonomi masih di bawah ekspektasi. Meski sudah disesuaikan dengan inflasi dan musim, penurunan ini menambah daftar sinyal perlambatan ekonomi.

Belanja Konsumen Jauh Melambat

Sektor konsumsi, yang menyumbang porsi terbesar dalam perekonomian AS, hanya tumbuh 0,5% di kuartal pertama. Sebelumnya, pemerintah memperkirakan konsumsi tumbuh 1,2%.

Angka ini merupakan yang terlemah dalam empat tahun terakhir. Banyak warga mulai mengurangi pengeluaran, dipicu ketidakpastian harga barang dan tekanan tarif impor.

Pasar Tenaga Kerja Mulai Terasa Berat

Departemen Tenaga Kerja melaporkan kenaikan penerima tunjangan pengangguran mingguan sebesar 37.000 orang, menjadikan totalnya 1,974 juta orang. Ini menjadi level tertinggi sejak akhir 2021.

Meski begitu, Federal Reserve San Francisco menyatakan bahwa proses pencarian kerja memang sedikit lebih lambat seiring penyesuaian ekonomi. Namun belum terlihat tanda-tanda krisis ketenagakerjaan besar.

Investasi Tetap Tumbuh di Tengah Tekanan

Meski konsumen mulai menahan belanja, data menunjukkan bahwa pelaku usaha tetap melakukan investasi. Pesanan barang tahan lama naik signifikan sebesar 16,4% dalam sebulan, didorong lonjakan permintaan alat transportasi.

Pesanan barang modal inti — indikator penting untuk belanja bisnis — naik 1,7% di bulan Mei. Angka ini membalikkan penurunan 1,4% pada April, dan menjadi sinyal bahwa ekspansi bisnis masih berjalan.

Defisit Perdagangan Jadi Beban Tambahan

Keseimbangan ekspor dan impor memberi dampak negatif pada PDB. Banyak perusahaan mempercepat impor sebelum tarif tinggi diberlakukan, sehingga defisit perdagangan melebar dan memotong kontribusi terhadap pertumbuhan.

Meskipun revisi data menurunkan jumlah impor, selisih ekspor masih belum mampu menutup lubang tersebut.

Pasar Saham Cenderung Optimistis

Menurut Paul Stanley dari Granite Bay Wealth Management, pasar saham sudah mengantisipasi penurunan ini sejak awal April. Kini, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan pemangkasan tarif dan adaptasi cepat dari pelaku usaha.

Indeks saham kembali mencetak rekor, mencerminkan harapan bahwa situasi akan membaik dalam beberapa bulan ke depan.

Bank Sentral Fokus ke Inflasi dan Pasar Kerja

Para pejabat Federal Reserve menilai bahwa revisi PDB tidak akan banyak memengaruhi arah kebijakan suku bunga. Bank sentral lebih mencermati risiko inflasi dan dinamika tenaga kerja sebagai dasar pengambilan keputusan.

Analis dari Oxford Economics memperkirakan bahwa pemangkasan suku bunga berikutnya baru akan terjadi jika pasar tenaga kerja benar-benar menunjukkan pelemahan serius.

Kesimpulan: Ekonomi AS Masih Rentan tapi Belum Runtuh

Kondisi ekonomi AS saat ini menunjukkan dinamika yang kompleks. Di satu sisi, konsumsi dan ketenagakerjaan melambat. Di sisi lain, investasi dan sektor bisnis tetap aktif. Kebijakan tarif masih memberi tekanan besar, dan semua mata kini tertuju pada bagaimana pemerintah AS dan pasar global akan bereaksi dalam kuartal mendatang.