Jenis-jenis Roket yang Diuji Coba
a. Rudal Hipersonik IRBM – Hwasong‑16B
Roket ini spaceman gacor menggabungkan teknologi hulu ledak hypersonic glide vehicle (HGV), dengan jarak terbang sekitar 1.500 km dan kecepatan mencapai Mach 12.
b. Intercontinental Ballistic Missile – Hwasong‑19
Merupakan solid‑fuel ICBM 3‑tahap, mampu menjangkau Amerika Serikat dan mengangkut MIRV—agen pengganda hulu ledak .
c. Rudal Balistik Jarak Pendek – Hwasong‑11D
– Model SRBM solid‑fuel ini mulai diproduksi massal sejak 2022.
d. Roket Artileri ganda – MLRS 240 mm
– Mencakup versi upgrade dengan kontrol otomatis.
e. Rudal Jelajah Bawah Air
– Pada 25 Januari 2025, Korut mengklaim sukses uji rudal jelajah dari kapal selam, dengan jangkauan 1.500 km dan waktu terbang sekitar 7.500 detik (lebih dari dua jam).
Kualitas Teknologi dan Inovasi
- Sistem kendali otomatis dan kontrol remote
– Implementasi control system pada MLRS 240 mm meningkatkan presisi peluncuran roket ganda. - Multiple Independently-targetable Reentry Vehicles (MIRV)
– Varian Hwasong‑19 mendukung kemampuan MIRV, memungkinkan pengiriman hulu ledak ke beberapa target simultan.
Sasaran Strategis
- Gedung pemerintah dan populasi Seoul
Roket IRBM, HGV, dan MLRS diarahkan untuk mencakup wilayah Ibukota Korea Selatan. - Basis militer dan armada AS-Jepang
ICBM modern seperti Hwasong‑19 memungkinkan ancaman kepada Amerika Serikat dan akses strategisnya di Pasifik. - Operasi di Ukraina dan dukungan untuk Rusia
Transfer amunisi MLRS dan calon rudal balistik turut memperkuat aliansi Pyongyang–Moskow.
Respons Internasional
- PBB dan negara Eropa
– Mengecam keras, menegaskan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan terkait uji senjata nuklir. - Ukraina dan sekutu Barat
– Menduga rudal Korut digunakan Rusia di front Ukraina. Zelensky memerhatikan aliansi militer baru ini.
Dampak Strategis dan Prognosis
- Koret Utara telah melompat teknologi rudal dengan cepat: dari SRBM menuju ICBM/MIRV dan senjata hipersonik dalam beberapa tahun.
- Penggunaan bahan padat dan sistem kontrol otomatis memperpendek window deteksi/deterrence oleh musuh.
- Modernisasi pertahanan ini meningkatkan risiko regional dan global, memicu perlombaan senjata di kawasan Asia Timur—yang terus memperkuat aliansi pertahanan negara-negara tetangga.
- Transisi aliansi militer—terutama dengan Rusia—membuat program Korut lebih agresif. Kombinasi transfer sistem artileri dan rudal mempercepat eskalasi.
Transformasi luar biasa dalam program senjata Korut terjadi dalam waktu singkat. Dorongan geopolitik (hubungan dengan Rusia, latihan militer AS–Korsel), keamanan nasional, dan ambisi strategi nuklir mendorong negara ini untuk terus mendemonstrasikan kekuatan.