Berita

Serius atau Sinyal Politik? Jokowi Hitung-hitungan Jadi Ketua Umum PSI

Nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali ramai dibicarakan, bukan karena kebijakan negara, melainkan karena isu yang berhembus kencang: apakah Jokowi akan menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI)?

Spekulasi ini muncul setelah Jokowi beberapa kali terlihat dekat dengan elite PSI. Ia menghadiri beberapa acara resmi partai, bahkan tampil akrab dengan para pengurus muda. Publik langsung menafsirkan kedekatan itu sebagai sinyal politik yang tidak bisa dianggap sepele—terlebih masa jabatan presiden tinggal hitungan bulan.

PSI sendiri tidak menutup pintu. Bahkan beberapa petingginya secara terbuka menyatakan siap memberi tempat terhormat jika Jokowi bersedia memimpin partai. Mereka menilai figur Jokowi mampu memperkuat posisi PSI sebagai partai muda yang butuh arah politik yang lebih matang.

Namun, apakah Jokowi benar-benar tertarik? Sejauh ini, ia belum memberi pernyataan resmi. Tapi ia tidak pula membantah. Dalam slot deposit 10k beberapa kesempatan, ia menyampaikan bahwa dirinya akan tetap aktif di dunia politik setelah pensiun. Pernyataan itu memperkuat dugaan bahwa kursi ketum PSI bisa jadi tujuan berikutnya.

Secara hitung-hitungan politik, masuknya Jokowi ke PSI bisa mengubah peta kekuatan nasional. PSI, yang belum pernah lolos ambang batas parlemen, bisa terdongkrak secara elektoral hanya dengan kehadiran tokoh sekelas Jokowi. Di sisi lain, manuver ini bisa memicu gesekan dengan partai-partai besar yang selama ini menjadi sekutu politiknya.

Bagi sebagian orang, kabar ini terdengar serius. Bagi yang lain, ini hanya strategi komunikasi politik untuk menguji reaksi publik. Namun satu hal pasti: nama Jokowi tetap menjadi magnet politik, bahkan setelah masa jabatannya berakhir.

Apakah ia akan benar-benar melangkah ke PSI, atau ini hanya manuver cerdas menjelang transisi kekuasaan? Waktu akan menjawabnya.