Penggunaan Minyak Kelapa Sawit – Dalam upaya menemukan solusi atas ketergantungan terhadap minyak sawit, alternatif buatan laboratorium sedang diciptakan. Menurut WWF (World Wildlife Fund), minyak kelapa sawit menyumbang 40% dari semua minyak yang digunakan di seluruh dunia . Minyak kelapa sawit sangat populer di banyak industri, mulai dari produksi makanan hingga kosmetik. Salah satu faktor utama popularitas minyak kelapa sawit adalah karena minyak kelapa sawit tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
Minyak kelapa sawit juga disukai oleh banyak industri karena teksturnya yang halus, dan kemampuannya mempertahankan sifat-sifatnya pada suhu tinggi. Namun, kerusakan yang disebabkan oleh minyak kelapa sawit telah mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencari alternatif. Salah satunya adalah perusahaan AS C16 Biosciences, yang telah menciptakan produk baru bernama Palmless. Perusahaan ini didirikan oleh CEO Shara Ticku, yang menciptakan bisnis tersebut setelah terbang ke Singapura dan mendapati kualitas udara sangat buruk sehingga ia harus mengenakan masker.
Laboratorium Mengurangi Penggunaan Minyak Kelapa Sawit
“Udaranya beracun karena mereka membakar hutan hujan di Indonesia,” katanya. Lima tahun setelah menciptakan C16 Biosciences, Palmless siap menorehkan prestasi di pasar alternatif minyak kelapa sawit. Produk inovatif ini dibuat menggunakan ragi, yang kemudian diberi gula. Gula tersebut bersumber secara berkelanjutan dari tanaman tebu yang ditanam di lahan yang sudah digunakan untuk pertanian. Hasilnya, ragi tersebut melepaskan minyak yang sifatnya sangat mirip dengan minyak kelapa sawit.
Dan yang lebih menggembirakan adalah ragi hanya membutuhkan beberapa hari untuk melepaskan minyak. Di University of Bath, Inggris, Chris Chuck, profesor teknik bioproses, tengah mengembangkan alternatif lain yang berasal dari ragi. Bersama dengan rekan-rekannya, yang merupakan ahli biologi, ahli kimia, insinyur mekanik, insinyur kimia, dan ilmuwan pangan, ia menemukan ragi yang kuat dan menghasilkan minyak dalam jumlah besar.
“Anda menempatkan ragi dalam lingkungan yang buruk, memaksanya berevolusi agar dapat bertahan hidup. Anda hanya mempercepat proses alami,” jelasnya. Mereka menciptakan galur ragi yang disebut metschnikowia pulcherrima (MP). MP tidak pilih-pilih makanan – ragi ini bahkan akan memakan sampah makanan dan rumput. Dan sisa biomassa ragi dapat digunakan untuk produk lain juga, seperti pengganti protein kedelai. Mereka kini telah mendirikan perusahaan swasta bernama Clean Food Group, dengan harapan dapat menjadi pesaing serius minyak sawit.