beacukaipematangsiantar.com – China telah mengambil langkah diplomatik yang signifikan dengan menjadi tuan rumah perundingan antar-fraksi Palestina. Seorang diplomat yang berbasis di Beijing mengonfirmasi bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mendamaikan kelompok militan Hamas dan saingannya, Fatah. Upaya ini merupakan bagian dari keterlibatan China yang lebih luas dalam isu-isu Timur Tengah.
Eskalasi di Jalur Gaza Menyoroti Urgensi Dialog
Latar belakang perundingan ini adalah situasi yang tegang di Jalur Gaza, dimana Hamas telah memulai serangan terhadap Israel pada 1 Oktober 2023, yang memicu aksi balasan. Konflik ini telah menimbulkan kerugian besar dengan lebih dari 34.000 korban jiwa di pihak Palestina. Hal ini menambah urgensi untuk mendapatkan solusi politik yang damai.
Fatah dan Hamas: Perpecahan yang Lama
Kelompok Fatah, yang dipimpin oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan didukung oleh Barat, memiliki kendali terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel. Sementara itu, Hamas telah menguasai Gaza sejak mengusir Fatah pada tahun 2007. Upaya rekonsiliasi antara kedua faksi ini telah lama tertunda dan kompleks, terutama karena sikap Washington yang mendukung Otoritas Palestina tetapi menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Persiapan Delegasi untuk Perundingan di China
Menurut Reuters, delegasi Fatah yang dipimpin oleh pejabat senior Azzam Al-Ahmed telah berangkat ke China. Tim dari Hamas, yang dipimpin oleh pejabat senior mereka Moussa Abu Marzouk, juga dijadwalkan berangkat ke Beijing. Kunjungan ini merupakan langkah penting, terutama karena ini menandai kedatangan pertama perwakilan Hamas ke China sejak konflik di Gaza.
Sikap China terhadap Palestina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menyatakan dukungan China terhadap penguatan Otoritas Nasional Palestina dan semua faksi Palestina dalam mencapai rekonsiliasi. Meskipun Wang tidak mengkonfirmasi pertemuan secara spesifik, pernyataannya menandakan komitmen Beijing terhadap dialog dan solidaritas Palestina.
Pertemuan Diplomatik dan Pengaruh China di Timur Tengah
Pertemuan antara kepala Hamas Ismail Haniyeh dan diplomat China Wang Kejian di Qatar bulan lalu, menunjukkan peningkatan interaksi diplomatik China dengan Palestina. Beijing telah menunjukkan peningkatan keaktifan diplomasi di Timur Tengah, termasuk menjadi mediator dalam kesepakatan perdamaian antara Arab Saudi dan Iran.
Respons Amerika Serikat dan Dukungan Internasional
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah berdiskusi dengan Presiden China Xi Jinping mengenai peran konstruktif yang dapat dimainkan China dalam berbagai krisis global, termasuk situasi Timur Tengah. Di sisi lain, China telah menjadi advokat bagi Palestina, mendorong konferensi perdamaian Israel-Palestina yang lebih besar dan solusi dua negara.
Beijing dan Advokasi untuk Palestina
China telah mendesak Mahkamah Internasional untuk memberikan pendapat mengenai pendudukan Israel di Wilayah Palestina, yang dilihat sebagai ilegal oleh Beijing. Selain itu, upaya China yang terbaru termasuk mendorong Palestina untuk mendapatkan pengakuan lebih luas, termasuk keanggotaan PBB, sebagai bagian dari apa yang dianggap Beijing sebagai pembetulan terhadap ketidakadilan sejarah.
Perundingan ini menandai usaha terbaru China untuk memperkuat perannya sebagai pemain kunci dalam diplomasi global, sambil mempertimbangkan dinamika yang kompleks dan kepentingan beragam pihak di Timur Tengah.